Darel
Akhir Syawal ( 21212717 )
1EB06
Tugas Perekonomian Indonesia #
Sejak disepakatinya perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA)
dimulai tanggal 1 Januari 2010, produk jadi dari China membanjiri pasar
domestik. Kawasan perdagangan baru mulai bermunculan dan kawasan perdagangan
lama juga ikut ramai. Organisasi Perdagangan Dunia mengatakan, setidaknya
sekitar 400 kawasan perdagangan beroperasi pada tahun 2010. Hal ini menjadikan
langkah awal menuju perdagangan global liberalisasi yang luas.
Selain
itu, China yang memiliki penduduk sekitar 1,4 miliar jiwa dan daerah yang
sangat luas menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan industri dan
perdagangan. China seolah menjadi harapan besar untuk mendongkrak omzet
perdagangan industri.
Setelah
satu tahun disepakatinya perdagangan bebas ACFTA ini, neraca perdagangan
Indonesia-China menunjukkan nilai surplus bagi China. Namun begitu, Indonesia
masih mempunyai peluang untuk surplus asalkan ada upaya-upaya nyata dari
pemerintah untuk mendongkrak ekspor barang jadi ke China.
Duta
Besar Republik Indonesia untuk China Imron Cotan mengatakan, walaupun Indonesia
mengalami defisit, tapi peluang untuk surplus masih ada, mengingat pasar di
China sangat besar. ”Selama ini ekspor yang kita lakukan ke China masih berupa
energi dan minyak serta bahan baku. Belum banyak produk yang kita bisa ekspor
ke China, terutama hasil perkebunan dan buah-buahan, karena mereka miskin akan sumber
daya alam,” kata Imron di Beijing, Kamis (13/1/2011).
Hingga akhir 2010, tercatat neraca perdagangan Indonesia-China berada dalam posisi 49,2 miliar dollar AS dan 52 miliar dollar AS. Artinya, barang Indonesia yang diekspor ke China nilainya 49,2 miliar dollar AS, sedangkan barang China yang diekspor ke Indonesia nilainya 52 miliar dollar AS. Neraca perdagangan Indonesia defisit sekitar 2,8 miliar dollar AS. Namun, Imron menambahkan, neraca ini berdasarkan catatan China.
Sedangkan
menurut catatan Indonesia, defisit yang dialami Indonesia sebenarnya sekitar 5
miliar-7 miliar dollar AS. ”Perhitungan di Indonesia hanya mencatat FOB, harga
barang saja. Sedangkan China juga menghitung ongkos kirim dan asuransi. Tidak
ada yang salah dengan perhitungan ini karena kita hanya menjual barang tanpa
mau mengurus ongkos kirim hingga barang selamat sampai di tempat. China
mendapatkan keuntungan lebih dari ongkos kirim ini,” papar Imron.
Imron
menjelaskan, ketika ACFTA ini belum dijalankan, posisi neraca perdagangan Indonesia-China
adalah surplus untuk Indonesia. Namun, nilai transaksinya masih sangat kecil.
Pada 2009, impor China dari Indonesia sebesar 17,1 miliar dollar AS, sedangkan
impor Indonesia dari China sebesar 13 miliar dollar AS. Jika dilihat dari
nilai, setelah ACFTA nilai transaksi justru melambung secara signifikan.
Walaupun
secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit, tetapi di
empat provinsi yang menjadi pusat perdagangan, neraca perdagangan Indonesia
mengalami surplus. Keempat provinsi itu adalah Guangdong, Fujian, Guangxi, dan
Hainan. Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk China Edi Yusuf mengatakan,
nilai neraca perdagangan Indonesia dengan keempat provinsi China itu pada 2010
mengalami peningkatan yang cukup tajam.
Jika
pada tahun 2009 nilai ekspor China (empat provinsi) ke Indonesia mencapai 3,36
miliar dollar AS, pada tahun 2010 meningkat menjadi 6,13 miliar dollar AS.
Sementara untuk nilai impor China dari Indonesia pada tahun 2009 mencapai 4,3
miliar dollar AS, dan pada tahun 2010 mencapai 6,86 miliar dollar AS.
Barang-barang
yang diimpor dari China sebagian besar berupa perkakas listrik, mesin, produk
besi baja, tekstil, keramik, plastik, makanan olahan, garmen, kerajinan tangan,
pupuk, aluminium, produk makanan dan minuman, serta produk laut.Sedangkan
produk yang ekspor dari Indonesia ke China adalah minyak bumi, mesin listrik,
minyak makan, kertas, kayu, karet, bijih besi, dan tin.
”Potensi
investasi yang bisa dikembangkan oleh Indonesia adalah pembangunan
infrastruktur, manufaktur bahan baku industri unggulan, pengolahan sumber daya
alam, dan sebagainya,” kata Edi.
Sedangkan
Duta Besar Imron mengatakan, potensi Indonesia masih besar karena banyak produk
Indonesia yang masuk ke China lewat negara lain, misalnya manggis. ”Produk
terbesar manggis ada di Indonesia. Tetapi, mengapa China mengimpor manggis dari
negara lain. Itu manggis Indonesia,” kata Imron.
Potensi
lain yang menjanjikan adalah kopi. Saat ini kopi baru dikenal di China.
Sebelumnya mereka tidak mengenal kopi. Tetapi karena di China banyak orang
asing, dan banyak orang China yang pernah tinggal dan sekolah di luar negeri,
maka budaya minum kopi makin lama makin dikenal di China. Kebutuhan akan kopi
pun mulai meningkat. Apalagi kini mulai banyak ditemui kedai-kedai kopi dengan
sasaran remaja dan profesional muda. (ARN)
Pandangan saya terhadap
persaingan perdagangan indonesia dan china 2014 :
Saya kurang setuju dengan adanya perdagangan bebas Indonesia
- China ACFTA di tahun 2014, karena
beberapa alasan :
1. Indonesia bisa mengalami kerugian yang semakin sedikit
dari tahun ke tahun. Terbukti dari kasus diatas bahwa bangsa china yang
mempergunakan barang impor dari Indonesia hanya dibayarkan sangat sedikit
sekali.
2. Padahal negeri china memiliki Negara yang luas dan jumlah
penduduknya banyak tetapi telah
memberikan dampak negative seperti memasukkan produk asing mulai dari pangan,
sandang, dan papan sehingga
menghancurkan perekonomian Indonesia.
3. Negara china memanfaatkan banyak kekayaan alam Indonesia sehingga
bahan baku alam Indonesia sering disedot oleh bangsa china
4. bahan yang dimiliki Indonesia seperti untuk pembangunan
infrastruktur, bahan baku infrastruktur unggulan justru di impor ke china yang
jelas – jelas sangat dibutuhkan Indonesia.
5. Dampak positif dari persaingan perdagangan bebas ini,
kita dapat belajar tentang kecanggihan teknologi buatan china. Kita bisa
mengambil informasi dari Negara maju, seperti tidak malas bekerja, sering
membaca buku atau melihat semangat orang – orang china selain itu terbukanya
peluang perekonomian Indonesia ke china , karena Negara tersebut sangat luas
sehingga dapat meningkatkan kegiatan industry di Indonesia.
Sedangkan dampak
negatifnya di Indonesia produk hasil olahannya hanya kuat di bidang pertanian
saja seperti minyak kelapa sawit karet, kokoa, dan karet. Sedangkan di Negara china,
produknya unggul dalam berbagai bidang seperti mainan anak, pakaian, teknologi.
Dalam hal ini Indonesia sangat mambutuhkan barang dagangan dari china.
Sikap saya mengenai perdagangan bebas tersebut, pemerintah
harus memperbaiki infrastruktur, mensosialisasikan produk dalam negeri,dan
mencintai produk sendiri seperti dalam pasal 33 ayat 3 yaitu
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.” Sehingga perekonomian Indonesia bisa terjaga dari
persaingan dagang bebas dengan china tersebut
Untuk mengantisipasi hal perdagangan bebas ada beberapa hal
yang harus dilakukan antara lain :
·
Indonesia harus memproduksi suatu barang yang
tidak diciptakan oleh Negara china. Hal ini disebut dengan kebijakan
perdagangan yang saling melengkapi.
·
Meningkatkan daya saing, pengamanan dalam negeri
dan penguatan ekspor
·
Pembenahan infrastrukstur dan energy
·
Memperluas pembiayaan dan pengurangan biaya
bunga,
·
Pembenahan sistem logistic, pelayanan public,
dan penyederhanaan peraturan dan meningkatkan kapasitas kerja.
Kesimpulan :
Bahwa perekonomian Indonesia
masih harus dibenahi dari persaingan bebas dengan Negara china . Negara kita
harus berpegang teguh pada uud 1945 dan peraturan Negara yang sudah didirikan.
Perekonomian Indonesia juga harus dilindungi setiap rakyatnya serta pemerintah
dan bagian – bagian lainnya.
Sumber :
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/02/1153057/Perdagangan.Indonesia-China
http://destyapurwaningtyas.blogspot.com/2010/03/strategi-menghadapi-perdagangan.html